Thursday 10 January 2013

Seputar Keberangkatannya Ke Pulau Dewata, Bali.



Liburan semester ganjil dimulai hari ini, Sabtu 16 desember 2012. Sepertinya akan menjadi liburan yang membosankan. Untungnya ada jadwal les selama liburan yang membuat kegiatan bermalas-malasan dirumah harus terpangkas. Tetapi aku baru ingat, dalam agenda liburan sekolah, Rabu 19 Desember 2012 rombongan kelas XI akan berangkat ke Bali, selama lima hari.
Itu berarti aku tidak bisa bertemu dengan Sizu, tentunya aku akan sangat merindukan Sizu untuk waktu yang cukup lama. Kalu dihitung dari hari ini, berarti ada 8 hari yang harus aku jalani sendiri tanpa Sizu. Seperti kata banyak orang, melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, langsung maupun tidak langsung, bahwa waktu terasa berjalan sangat lambat dan lama, mana kala kita menunggu dan merindu.
Dengan penuh semangat aku jadwalkan aku harus bisa menjenguk Sizu sehari sebelum ia berangkat agar bisa menyampaikan sangu tapi ternyata ada sesuatu yang membuatku tak bisa melakukannya. Rasanya prasaanku menjadi sangat kacau dan tertekan. Baru Empat hari aja rasanya seperti setahun. Sudah cukup aku menikmati rasa rindu ini sendirian, dan kupaksakan esok pagi aku harus bisa berjumpa dengan Sizu. Ya semua sudah berjalan sesuai rencana, aku bangun jam empat pagi, langsung saja tanpa peduli dinginnya air aku mandi lalu ganti baju. Setelah itu menunggu matahari agak terlihat cahyanya, baru aku bisa berangkat untuk mengucapkan selamat jalan.
Dan, baru beberapa langkah saja, aku dikejutkan dengan permintaan mengantarkan priksa ke dokter, dan aku tidak bisa menolak, padahal sudah jam 05.58. Yah, aku tenangkan perasaanku sendiri dengan terus saja mengatur nafasku.
Begitu selesai periksa, untung saja tidak perlu antre berlama-lama, hanya menunggu seorang tua diperiksa diruang praktek sehinnga tak butuh waku lama. Jam 07.06 langsung saja aku melaju ke sekolah. Pagi ini harus ekstra cepat, karena laporan mengatakan bis akan segera berangkat pada jam 07.30. Kalau biasa membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai disekolah, kali ini waktu dipangkas menjadi delapan belas menit saja. Lumayan ngebut dan dramatis dijalanan.
Uuuuuhhhhh… Lega rasanya melihat tiga bis masih parkir dipinggir jalan depan sekolah. Aku melangkah, pelan. Pelan dan pelan saja sambil menata perasaan gugup yang masih melekat. Berjalan tenang menuju bis nomor satu, bis dimana Sizu duduk. Aku menaiki tangga bis, satu per satu, dan akhirnya berdirilah aku disamping kursi sopir. Mataku memburu diseisi bis. Dan kutemukan dalam pandanganku, wajah yang berbinar, cerah, dengan senyum yang amat aku rindukan. Sizu, Lindha Adity Patriana menatap kearah ku. Seketika aku merasakan angin yang begitu lembut menabrak sekujur tubuhku, sejuk. Wangi tubuhnya semakin pekat manakala ia berdiri dan menghampiriku. Kini wajahnya yang jelita jelas dihadapanku. Tak satupun kata mampu keluar dari mulutku. Tak terbayang, rindu yang menggelora bagikan deru lokomotif itu padam tanpa asap.
Tangannya yang lembut mengangkat tanganku, aku turun dari bis dan ia mengikutiku. Didepan pintu bis aku menatap wajahnya, bertukar pandang. Kusimak setiap kerdip bulu matanya, memaknai setiap pesan yang ia isyaratkan.
Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku, lalu kubuka tas kecil disampingku. Nampaknya kegalauanku membuat sangu yang harusnya aku bawakan untuknya tertinggal di meja teras rumah. Wah, cerobohnya aku.
Terlihat semua telah memasuki bis, kuulurkan sebuah peniti dari saku jaketku. Hanya itu yang aku bawa selain tas kosong dan ponsel. Itulah akhir pertemuanku pagi itu. Aku angkat tangannya sejenak, lalu ia kembali kedalam bis.
Tiga menit yang berjalan sangat cepat, mungkin karena jam tanganku yang bertambah panas karena kegugupanku sehingga jam itu berputar kian cepat. Tiga menit yang akan mengawali hari-hari kerinduanku kembali.
Tiga menit yang tertutup oleh peniti, satu untukku dan satu untukmu.

No comments:

Post a Comment