Engkau yang cintanya tak berbalas, kudengar senandung lirihmu Aku melihatmu berjalan dengan dia yang bukan aku, bertaut jemari dalam senyum dan tawa kecil yang menyayat hatiku.
Aku berharap itu aku yang bergetar hatinya karena sentuhan jemarimu yang anggun. Ooh .. betapa aku berharap itu terjadi. Aku melihatnya bergelayut manja dan bersender lembut ke tubuhmu yang damai dan wangi.
Aku berharap itu aku yang luruh hatinya dalam syahdu karena menghirup udara beraroma kesurgaan yang mengitarimu. Ooh … betapa aku berharap itu terjadi. Aku melihatmu merapihkan rambutnya sambil membisikkan rencana keindahan penyatuan jiwamu dengannya.
Aku berharap itu aku yang menggenang matanya dengan air mata haru, karena keindahan dari janji pernikahan yang jujur dan setia. Ooh … betapa aku berharap itu terjadi.
Tuhanku Yang Maha Lembut, Temukanlah aku dengan belahan jiwaku, yang mengobati pedihnya cinta yang terabaikan ini, yang mengisi palung kehidupanku yang dalam dan kosong karena kesendirian yang sunyi ini.
Aku berharap itu aku yang berbahagia dalam pernikahan yang memanjakanku dalam kemesraan dan kesetiaan. Wahai Yang Maha Cinta, Ooh … betapa aku berharap itu terjadi. Aamiin
surat cintaku untuk seseorang, sayang tak tersampaikan. Salam hangat, from Pak Mario.
Oooh darling who needs love?
Who needs a heaven up above?
Who needs the clouds, in the sky, not I
Oooh darling who needs the rain?
Who needs somebody that can feel your pain?
Who needs the disappointment, of a telephone call, not I
No I don't need that at all, not I
I'm, tired of love
Yeah, sick of love
I've taken more than enough
Oooh darling who needs the night?
The sacred hours, the fading life
Who needs the morning, and the joy it brings, not I
I've got my mind on other things, not I
Oooh darling who needs joy?
Who needs a perfect girl or boy?
And who needs to draw, that person near, not I
Because they always disappear, not I
And you know, I'm, tired of love
Yeah
Yeah I'm, sick of love
Yeah
You give me more than enough
I'm gone!
Oooh darling who needs love?
Who needs a heaven up above?
Who needs all the arguments, who needs to be right, not I
But I just can't give up without a fight, not I
No I just can't give up without a fight, not I
No I just can't give up without a fight, not I
No no no not I
Ooh no no not I
No no no no no not I
a little noteabout me andDian Agustina Saputrisequencedepicted inthese lyrics.
Namanya keren juga ya? Dia ini
adalah bagian dari masa sekolah dasarku di SD Mugu yang sampai saat ini tetap
aku ingat sebagai kenalan pertama di SD dulu. Ya, aku masih ingat hari pertama
masuk sekolah dasar itu. Aku naik becak dari Jambu bersama ibuku tercinta.
Turun tepat didepan pintu gerbang selatan SD Muhammadiyah Gunungpring yang
bercat biru. Kemudian setelah itu, aku dan ibuku duduk disebuah bangku panjang
terbuat dari kayu tang diletakkan di bawah cendela kelas 1A. Kelas 1A berada
tepat satu langkah dari gerbang, dengan pintu kelas mengahadap ke barat.
Tidak lama kemudian, datang
seorang anak seumuranku. Kulitnya coklat, agak lebih tinggi dari aku, berjalan
menuju arahku bersama seorang ibu-ibu yang tinggi dan tentu lebih tinggi dari
ibuku, lalu mereka duduk dibangku yang sama dengan aku dan ibuku.
Pembicaraan antar ibu pun
dimulai. Bertegur sapa, lalu mengobrol. Aku hanya diam ungkang-ungkang memandangi sepatuku. Aku lupa apakah sepatuku itu
baru atau tidak. Tiba-tiba ibuku mencolekku, “Fi, kenalan sama itu sana,”, kata
ibuku sambil menganggukkan dagunya, dan memandang kearah anak disebelah ibu-ibu
itu.
Aku bangun dari duduk dan berdiri
didepan ibuku, kemudian aku mulai mencuri pandang dengan bocah laki-laki itu.
Lalu aku bersalaman dengannya. Mulai saat itulah aku mengenalnya dengan nama
Yanuar, bocah hitam yang asing.
Kebetulan aku dan Yanuar satu
kelas di kelas 1A. Kelas yang katanya angker paling anker dan menakutkan. Pernah
kejadian, waktu itu kelas kosong tidak ada yang mengajar. Tiba-tiba pintu
almari kelas yang letaknya disamping meja guru terbuka dengan mengeluarkan
suara khas, ngiiieekkkk. Kemudian
semua anak sekelas keluar kelas sambil berteriak. Yah, harus diakui bahwa
imajinasi anak sangat lucu dan aneh. Kejadian itu ternyata cukup menghebohkan,
karena satu anak perempuan harus menangis karena takut, namanya Ema, anak
perempuan Bu Eny. Dan akhirnya, Pak Deni, guru bahasa inggris sangat digemasri
anak-anak datang kekelas 1A. Aku dan teman-teman mengikuti dibelakang Pak
Deni,. Hanya masuk, menutup pintu almari, dan tersenyum. Tapi itu membuat kami
lega. Lalu Pak Deni menuju ke bangku Ema, kalau tidak salah didepan sendiri
baris nomor lima dari pintu. Didekat Ema ada Aya. Pak Deni bisa membuat Ema
berhenti menangis, lalu berlalu dari kelas kami.
Kembali ke Yanuar, meski dia
adalah kenalan pertamaku di SD, tapi dia bukan sahabat dekatku di SD. Yang aku
ingat, setiap berangkat sekolah aku emlihat dia turun dari mobil antar-jemput
berwarna putih dengan menggendong tas hitam dan didepan dadanya ada botol
minuman bergambar yang dikalungkan. Itu pasti, dan menandakan betapa ia
diperhatikan oleh ibunya. Begitu juga kalau pulang sekolah, sebelum berdoa ia
pasti sudah mengalungkannya.
Mematahkan Penggaris Kayu.
Hari itu, sepertinya hari selasa.
Aku bermain-main dengan penggaris kayu yang selalu dipakai bu guru. Saat asik
memainkannya, tanpa sengaja aku menjatuhkan penggaris kayu itu. Dan penggaris
itu pun patah, menjadi dua bagian panjang dan pendek. Kemudian aku jongkok dan
duduk dilantai memandangi dua kayu coklat yang sudah tidak utuh lagi itu.
Beberapa saat kemudian teman-teman kengerumuniku, dan besorak,
“hooosssno..
sokooorrr...hosssnonngg.. pkokmen hudu aku..” begitu seterusnya. Aku hanya
tertunduk dan sepertinya aku menangis.
Malam harinya aku mengajak Ayah
dan Ibuku untuk membeli penggaris kayu di muntilan. Ketika ditanya, aku jawab
kalo teman-teman sekelas yang memintaku untu membelinya dengan uang iuran satu
kelas. Padahal karena aku yang mematahkannya tapi aku tak berani mengatakannya
pada ibuku apalagi ayahku. Dengan uang tabunganku dari sisa uang sakuku yang
selalu aku simpan sendiri aku membeli penggaris kayu itu. Beruntung ibuku
berbaik hati dan ikut menyumbangkan uangnya, aku bilang walaupun sekedar dua
ribu rupiah pasti teman-teman akan menggantinya. Tapi sampai saat ini ibuku tak
menanyakan uang itu.
Liburan semester ganjil dimulai hari ini, Sabtu
16 desember 2012. Sepertinya akan menjadi liburan yang membosankan. Untungnya
ada jadwal les selama liburan yang membuat kegiatan bermalas-malasan dirumah
harus terpangkas. Tetapi aku baru ingat, dalam agenda liburan sekolah, Rabu 19
Desember 2012 rombongan kelas XI akan berangkat ke Bali, selama lima hari.
Itu berarti aku tidak bisa bertemu dengan Sizu,
tentunya aku akan sangat merindukan Sizu untuk waktu yang cukup lama. Kalu
dihitung dari hari ini, berarti ada 8 hari yang harus aku jalani sendiri tanpa
Sizu. Seperti kata banyak orang, melalui berbagai media baik cetak maupun
elektronik, langsung maupun tidak langsung, bahwa waktu terasa berjalan sangat
lambat dan lama, mana kala kita menunggu dan merindu.
Dengan penuh semangat aku jadwalkan aku harus
bisa menjenguk Sizu sehari sebelum ia berangkat agar bisa menyampaikan sangu tapi ternyata ada sesuatu yang
membuatku tak bisa melakukannya. Rasanya prasaanku menjadi sangat kacau dan
tertekan. Baru Empat hari aja rasanya seperti setahun. Sudah cukup aku
menikmati rasa rindu ini sendirian, dan kupaksakan esok pagi aku harus bisa
berjumpa dengan Sizu. Ya semua sudah berjalan sesuai rencana, aku bangun jam
empat pagi, langsung saja tanpa peduli dinginnya air aku mandi lalu ganti baju.
Setelah itu menunggu matahari agak terlihat cahyanya, baru aku bisa berangkat untuk
mengucapkan selamat jalan.
Dan, baru beberapa langkah saja, aku dikejutkan
dengan permintaan mengantarkan priksa ke dokter, dan aku tidak bisa menolak,
padahal sudah jam 05.58. Yah, aku tenangkan perasaanku sendiri dengan terus
saja mengatur nafasku.
Begitu selesai periksa, untung saja tidak perlu
antre berlama-lama, hanya menunggu seorang tua diperiksa diruang praktek sehinnga
tak butuh waku lama. Jam 07.06 langsung saja aku melaju ke sekolah. Pagi ini
harus ekstra cepat, karena laporan mengatakan bis akan segera berangkat pada
jam 07.30. Kalau biasa membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai
disekolah, kali ini waktu dipangkas menjadi delapan belas menit saja. Lumayan
ngebut dan dramatis dijalanan.
Uuuuuhhhhh… Lega rasanya melihat tiga bis masih
parkir dipinggir jalan depan sekolah. Aku melangkah, pelan. Pelan dan pelan
saja sambil menata perasaan gugup yang masih melekat. Berjalan tenang menuju
bis nomor satu, bis dimana Sizu duduk. Aku menaiki tangga bis, satu per satu,
dan akhirnya berdirilah aku disamping kursi sopir. Mataku memburu diseisi bis.
Dan kutemukan dalam pandanganku, wajah yang berbinar, cerah, dengan senyum yang
amat aku rindukan. Sizu, Lindha Adity Patriana menatap kearah ku. Seketika aku
merasakan angin yang begitu lembut menabrak sekujur tubuhku, sejuk. Wangi
tubuhnya semakin pekat manakala ia berdiri dan menghampiriku. Kini wajahnya
yang jelita jelas dihadapanku. Tak satupun kata mampu keluar dari mulutku. Tak
terbayang, rindu yang menggelora bagikan deru lokomotif itu padam tanpa asap.
Tangannya yang lembut mengangkat tanganku, aku
turun dari bis dan ia mengikutiku. Didepan pintu bis aku menatap wajahnya,
bertukar pandang. Kusimak setiap kerdip bulu matanya, memaknai setiap pesan
yang ia isyaratkan.
Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku, lalu
kubuka tas kecil disampingku. Nampaknya kegalauanku membuat sangu yang harusnya aku bawakan untuknya
tertinggal di meja teras rumah. Wah, cerobohnya aku.
Terlihat semua telah memasuki bis, kuulurkan
sebuah peniti dari saku jaketku. Hanya itu yang aku bawa selain tas kosong dan
ponsel. Itulah akhir pertemuanku pagi itu. Aku angkat tangannya sejenak, lalu
ia kembali kedalam bis.
Tiga menit yang berjalan sangat cepat, mungkin
karena jam tanganku yang bertambah panas karena kegugupanku sehingga jam itu
berputar kian cepat. Tiga menit yang akan mengawali hari-hari kerinduanku
kembali.
Tiga menit yang tertutup oleh peniti, satu
untukku dan satu untukmu.
Hari ini Rabu, 09 Januari 2013. Aku ingat tadi
pagi aku bangun tidur langsung dihadapkan dengan seember cucian. Habis mencuci
aku mandi lalu berangkat sekolah tanpa memakai seragam. Di warung pingir jalan
aku mampir membeli tempe goring dan satu arem-arem yang langsung aku makan.
Sampe dikelas bu sari sudah mulai.
Olahraga, jadwal olah raga hari ini adalah
ambil nilai permainan bola voli. Ada gambar yang menggelikan juga dilapangan
ini. Ambar dengan gaya rambutnya yang baru –rebondingan- berpose dengan peraga
sapu lantai di pinggir lapangan, sambil terus memegangi rambutnya, mungkin
karna takut rusak.
Usai olahraga adalah presentasi sejarah. Sekali
lagi dalam dua hari ini, nisa mengeluarkan air mata yang aneh, dan membuat
anak-anak tertawa. Kali ini karaena ia tak siap presentasi dengan kelompoknya.
Yaah, jumping ke pulang sekolah, saat
menjengkelkan karena jaringan internet sekolah tidak connect. Jadi aku pulang.
Habis magrib kusempatkan keluar berjalan-jalan
membeli sebotol air mineral dan es teh. Sepertinya aku akan tidur awal malam
ini.
jam 00.06, aku dikagetkan dengan deru suara sepeda motor yang berhenti didepan rumah. busyet, tiba-tiba suasana malam pecah dengan riuh keributan dan percakapan sekelompok anak-anak muda didepan rumah. bukan hanya anak laki-laki, tetapi aku juga melihat, dari jendela kamar, ada anak perempuan. mengerikan! perempuan itu tidak sendiri, sepertinya ada tiga. apa yang mreka obrolkan juga tidak bermutu. kikira mereka adalah anak-anak kampung ternyata bukan, wajah-wajahnya asing bagiku. hah, mereka baru bubar dan beranjak dari halaman rumah sekitar pukul 02.40. perasaanku sedikit lega, untuk mereka tidak merampokku, tapi apa juga yang mau mereka rampok?
Hari ini adalah 08 Januari 2013. Kalau di
ingat-ingat adalah hari ulang tahun orang paling ngirit sedunia, Singgih Dwi
Pangestu –menurutku-. Seperti biasa les pagi masuk jam 06.00. Tak ada yang
special hari ini kecuali sizu yang
lupa bahwa aku masuk jam enam pagi.
Agar tidak aku lupa, jam 07.18 terjadi sebuah
tragedi yang menggelikan. Nissa terlambat masuk kelas, dan mendapat slenthikan bu Tri. Anak-anak sekelas
ikut menanggapi dan setelah duduk di tempatnya tiba-tiba Nisa menangis entah
kenapa, membuat sederet bangku paling utara menahan tawa.
Hari ini adalah hari penuh nama. Karena aku
juga melakukan wawancara dengan seorang anak perempuan yang asalnya tidak
jelas. Namanya Nur Azni Devita Laila Sari. Dalam percakapan di sebuah anak
tangga disebelah timur panggung permanen sma trayem dia mengaku bahwa dia
adalah siswa pindahan dari Depok, Jawa Barat. Dulunya dia bersekolah di SMP 4
depok, yang letaknya dijalan merdeka, dan tidak jauh dari kantor samsat. smp
nya itu pernah buat shooting film, film horror lho, katanya.
Kegiatannya setiap pagi adalah, bangun tidur,
sholat, kalau ngantuk ya tidur lagi, katanya. Setelah itu mandi, menyeterika
baju, pake baju, pake bedak tapi tanpa lipstick, lalu sarapan. Setelah itu
berangkat sekolah. Pulang sekolah kira-kira jam 2, sampai rumah kalau belum
sholat, maka ia sholat, stelah itu tidur, lalu bangun sholat ashar, tidur lagi
kalo ngantug, lalu sholat magrib, blajar dan tidur. Hari-harinya terasa penuh
dengan kegiatan tidur ya?
Beda topic lagi, Devita tak menjawab ketika aku
bertanya tentang berapa jumlah mantan pacarnya. Kemudian aku bertanya tentang
mantan terakhirnya, dan ia menceritakan bahwa mantan terakhirnya adalah seorang
bule. Dikatakan bule karena wajahnya
memang layaknya orang-orang barat sana. Orangnya baik, pinter, dan tentunya
cakep begitu ceritanya.
Mungkin hanya itu yang bisa aku tulis dari
percakapanku dengan Devita. Usai Devita pulang, aku sempatkan menengok ari,
yang tiba-tiba saja menghilang dari pandanganku, kata singgih ia di teras kelas
X 2. Benar saja, begitu aku melewati masjid sekolah aku dihadapkan oleh wajah
polos yang daguunya menempel di pematang teras. Pantas saja ia betah,
didepannya adalah seorang gadis yang ceritanya dulu menjadi dambakan dani dan
ari. Tak mau tahu apa yang mereka bicarakan aku langsung berlalu sambil tertawa
tak jelas.
Begitu aku pindah ke halaman sekolah, tepatnya
sesaat aku kelluar dari kamar mandi guru, aku dikagetkan oleh seorang
berkerudung putih yang mengenakan masker. Aku sangat hafal, Fina. Ketika
kutanya ada apa gerangan ia datang kemari, ia mengatakan kalo ia hendak
memberikan sebuah kado untuk singgih yang sedang berulang tahun.
Dalam hati aku berkata, pasti singgih akan
terkesima, dan benar saja begitu dikeluarkan kotak berwarna kuning dari tas
coklat itu ia tertawa dan wajahnya memerah. Beberapa menit kami terlibat
percakapan, lalu aku pulang. Oh ya, catatan penting hari ini adalah singgih
membelikan aku semangkok mie ayam didepan sekolah, sesuatu hal yang taka akan
aku lupakan.
Monday 7 January 2013
aku ingat-ingat perjalanan hari ini. Senin, 07 Januari 2013.
Pagi yang sangat dingin, pantas saja dingin hujan sejak minggu sore belum berhenti hingga pagi ini. Suasana yang membuat rasa malas beraktifitas memekar. Dengan paksaan aku angkat tubuhku dan segera mandi. jam masih menunjuk pukul 05.00. aku selesai mandi. mennyeterika baju. dan sial aku membakar tikar alas ku duduk, aku lupa kalau setelan otomatis setrika itu sudah tak berfungsi. Aku mengambil setrika itu dan berlari kehalaman belakan menuju gundukan pasir dan langsung ku gosok-gosokkan setrika itu, dan bersihlah dari lelehan tikar plastik itu.
Selanjutnya aku disibukkan mencari kaos kaki yang seharusnya ada di almari bajuku. dan akhirnya tak ditemukan jadi aku berangkat sekolah tanpa berkaos kaki.
ditengah perjalanan, dani menghampiriku. jam 06.05 aku sudah sampai dikelas, lumayan rame padahal masih pagi sekali. aku melangkah menuju kantin bersama ratna nisa dan dani. aku minum segelas susu coklat dan mereka makan nasi sayur buncis. beberapa menit kemudian elsa datang dan ikut makan.
jam 06.35 aku masuk kembali kekelas, sudah ada bu tri disana, kami membahas soal sampai jam 06.48. setelah itu jam pelajaran kosong. seharusnya upacara tapi keaddan masih hujan sehingga tak ada apa apa, tidak kreatif sekali, kumanfaatkan waktu kosong untuk mengerjakan tugas matematika. kira-kira aku sampai nomor 8 sizu datang menengokku lewat ccendela, wajahnya selalu membuatku gusar ingin memilikinya. kira-kira aku sampai nomor 27, elsa kembali dari kantin membawa plastik berisi bakwan panas, dan memamerkannya.
jam 08.15 bu tri masuk lagi pelajaran b.indo dilanjutkan. sampai istirahat. sehabis istirahat adalah matematika, saatnya mengumpulkan tugas. kelas dibagi beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas selanjutnya tapi aku malah tertidur. hingga pelajaran usai. istirahat kedua, kembali aku bertemu sizu didepan masjid. pelajaran terakhir adalah bahasa arab. pelajarannya tentang pekerjaan orangtua, setiap anak menghafal 15 kosa kata, bagi yang tidak hafal akan berdiri sambil memegang telinganya.
pulang sekolah, jam 12.40, aku kerumah ari dan makan siang, lalu kesekolah lagi ada les biologi, aku terlambat karena jam 13.30 aku baru masuk. pulang sekolah aku dan ari menuju rumah sizu, bersama keduanya aku jalan-jalan kekebun, kemudian aku makan nasi goreng dan setelah itu aku makan duren bersama. lalu aku pulang.